Kota Jakarta dan Feng Shui
Dari segi udara (Feng), di jaman Belanda, warga Batavia masih dapat melihat kota dipeluk oleh gunung. Di peluk gunung dalam Feng Shui berarti memiliki energi alam “yin” yang memberikan ketengan pikiran. Polusi udara dianggap menghalangi gunung sehingga Jakarta kehilangan energi alam. Logikanya… “Polusi udara Jakarta membuat suhu udara semakin tinggi. Rutinitas pekerjaan yang padat di ibu kota dan didukung oleh suhu udara yang panas mengakibatkan banyak warga Jakarta menjadi cepat lelah dan akhirnya sangat cepat emosi…”
Dari segi air (Shui). Air dengan sifat energi “yang”, seharusnya dapat member semangat hidup untuk berkarya secara positif. Karena keadaan sumber air tidak baik maka Jakarta tidak memiliki energi positif. Logikanya, “Klo sungai-sungai di Jakarta bersih dan terawat, pasti masyarakat Jakarta banyak yang memilih area pinggir sungai buat tempat mencari ilham atau sekedar santai-santai. Kaya di kartun-kartun Jepang, tokoh-tokohnya banyak yang mencari inspirasi di pinggir sungai. Nah…bagaimana caranya warga Jakarta punya semangat hidup positif klo keadaan sungainya kotor dan bau, yang ada mabok deket-deket sungai yang jorok”.
Terlepas dari Feng dan Shui, kondisi lingkungan dimana kita tinggal banyak dikitnya akan mempengaruhi diri kita. Jika lingkungannya bersih, nyaman, asri dan teratur akan membuat diri kita menjadi tenang/rileks. Sebaliknya jika lingkungannya kotor, bau, panas, dan tidak teratur akan membuat diri kita tidak teratur pula, yang ada hanya emosi jiwa.
Jadi Feng Shui Kepercayaan atau Logika…?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar