Kamis, 09 Desember 2010

ANALISIS BANGUNAN YANG ADA DI DEPOK DENGAN MENGGUNAKAN METODE KRITIK TIPIKAL


ANALISIS BANGUNAN YANG ADA DI DEPOK DENGAN MENGGUNAKAN METODE KRITIK TIPIKAL

Objek bangunan yang dianalisis :


ZOE merupakan sebuah café yang tujuan market utamanya adakah pelajar dan mahasiswa,terlihat dari singkatan namay ZOE (Zone Of Edutaiment). low Spot yang beralamat di Jln. Margonda Raya No. 27, Depok ini terbilang cukup unik, Glowers! ZOE Library – Shop – Café adalah one stop edutainment yang memiliki fasilitas library dengan koleksi ratusan buku Komik, Novel, dan Popscience.


THE HARVEST merupakan sebuah café yang menytujuan market utamanya adakah pelajar dan mahasiswa,terlihat dari singkatan naedia macam kue tart yang beralamat di Jln. Margonda Raya No. 295, Depok ini terbilang cukup menarik dengan berbagai menu yang disedikan dan nuansa kenyamanan dari bangunan itu sendiri.

Segi Struktur Bangunan :


Bangunan ZOE didesain secara grid yang terlihat dari pola kolom yang teratur dan hanya memiliki 1 lantai. Antar ruang yang ada di hubungkan denagan open space berupa taman. Material yang di gunakan untuk mendesain bangunan ini hanya baja ringan sebagai kolom. Serta penggunaan material kaca dinding dan allucubount sebagai kanopi.



Bangunan The Harvest di desain secara grid yang terlihat dari pola kolom yang berbentuk tabung teratur dan hanya memiliki 3 lantai. Material yang di gunakan untuk mendesain bangunan ini hanya baja ringan sebagai kolom. Serta penggunaan material kaca dinding dan pollycarbonat sebagai kanopi serta beberapa elemen natural seperti bambu,guci, kolam sebagai penghias ruang.

Segi Fungsi Bangunan :

Bangunan ZOE berfungsi sebagai kafe / restoran yang tujuan marketnya adalah pelajar dan mahasiswa dengan fungsi ruang tambahan yaitu perpustakaan, sehingga ZOE di kenal sebagai “Library Shop & café”.

Bangunan The Harvast berfungsi sebagai bangunan komersial kafe dengan ruang display makanan yang cukup luas dan ruang untuk bersantai sambil menikmati menu yang ada terdiri dari indoor dan outdoor.

Segi Bentuk Bangunan :

Bentuk bangunan ZOE adalah kotak dengan coakan dan penambahan bentuk kotak (gempal tunggal) dengan ornament kolom persegi berwarna merah. Serta bentuk atap yang datar sehingga bangunan ZOE memiliki gaya arsitektur modern minimalis. Namun masih memunculkan kesan tropis dari open space yang di buat.

Bentuk bangunan The Harvest sama hamper sama dengan ZOE yaitu kotak dengan coakan dan penambahan bentuk kotak (gempal tunggal) dengan ornament kolom tabung berwarna metallic. Serta memiliki atap datar sehingga bangunan The Harvest memiliki gaya arsitektur modern minimalis. Namun masih memunculkan kesan tropis dari elemen natural yang di pakai sebagai desain ruang.

KESIMPULAN :

Dari hasil analisis dengan metode Tipikal didapat hasil bahwa ZOE dan The Harvest merupakan bangunan komersial yang berfungsi sebagai kafe dengan beberapa kesamaan seperti gaya arsitektur modern minimalis dan beberapa pemakaian material yang sama. Sehingga bangunan ZOE sudah cukup memenuhi kriteria untuk menjadi bangunan publik berdasarkan cukup banyaknya hasil yang sama dari parameter yang dijadikan standar.

Senin, 17 Mei 2010

Kepadatan dan Kesesakan

KEPADATAN (DENSITY)
A. Pengertian
- Menurut Sundstorm : Sejumlah manusia dalam setiap unit ruangan.
- Menurut Sarwono : Suatu keadaan akan dikatakan semakin padat bilajumlah manusia pada suatu batas ruang tertentu semakin banyak dibandingkan luas ruangan.

B. Katagori Kepadatan
1. Menurut Altman (dalam studi tahun 1920-an) : Variasi indikator kepadatan berhubungan dengan tingkah laku sosial :
- Jumlah individu dalam sebuah kota
- Jumlah Individu pada daerah sensus
- Jumlah individu pada unit tempat tinggal
- Jumlah ruangan pada unit tempat tinggal
- Jumlah bangunan pada lingkungan sekitar
2. Menurut Jain (1987) : Tingkat kepadatan penduduk dipengaruhi oleh unsure-unsur :
- Jumlah individu pada setiap ruang
- Jumlah ruang pada setiap unit rumah tinggal
- Jumlah unit rumah tinggal pada setiap struktur hunian
- Jumlah struktur hunian pada setiap wilayah pemukiman

Teori Kepadatan Menurut Halohan
1. Kepadatan Spasial (Spasial Density)
Terjadi bila besar atau luas ruangan diubah menjadi lebih kecil atau sempit, sedangkan jumlah individu tetap.
2. Kepadatan Sosial (Social Density)
Terjadi bila jumlah individu ditambah tanpa diiringi penambahan luas ruang.



Teori Kepadatan Menurut Altman
1. Kepadatan Altman (Inside Density)
Jumlah individu dalam suatu ruangan atau tempat tinggal.
2. Kepadatan Luar (Outside Density)
Sejumlah individu yang berada pada suatu wilayah tertentu

C. Akibat Kepadatan Yang Tinggi
1. Menurut Taylor :
- Lingkungan sekitar merupakan sumber yang penting dalam mempengaruhisikap, perilaku dan keadaan internal individu di suatu tempat tinggal
- Rumah dan lingkungan pemukiman yaitu yang nyaman member kepuasan psikis
2. Menurut Schrr :
Kualitas pemukiman mempengaruhi persepsi diri, strss, kesehatan fisik.
Kualitas pemukiman mempengaruhi perilaku dan sikap individu.
3. Heimstra dan Mc. Farling, akibat kepadatan :
Akibat Fisik
Akibat Sosial
Akibat Psikis


KESESAKAN
Kesesakan adalah persepsi individu terhadap keterbatasan ruang, bersifat psikis terjadi bila mekanisme privasi individu gagal berfungsi dengan baik.
1. Menurut Altman :
Kesesakan adalah suatu proses interpersonal pada tingkatan interaksi manusia dalam suatu pasangan atau kelompok kecil.
2. Menurut Baum dan Paulus :
Kepadatan dapat dirasa sebagai kesesakan atau tidak, ditentukan oleh penilaian individu berdasarkan :
a. Karakteristik setting fisik
b. Karakteristik setting social
c. Karakteristik personal
d. Kemampuan beradaptasi
3. Menurut Morris :
Kesesakan sebagai devisit suatu ruang.
4. Menurut Ancok :
Kesesakan timbul dari besar-kecilnya ukuran rumah yaitu menentukan besarnya rasio antara penghuni dan tempat (space) yang tersedia.
5. Menurut Stokols :
a. Kesesakan bukan social (nonsocial crowding)
Faktor-faktor fisik menghasilkan perasaan terhadap ruang yang tidak sebanding.
b. Kesesakan social (social crowding)
Perasaan sesak mula-mula dating dari kehadiran orang lain yang terlalu banyak.
c. Kesesakan molar (molar crowding)
Perasaan sesak yaitu dapat dihubungakan dengan skala luas, populaasi penduduk.
d. Kesesakan molekuer (molekuler crowding)
Perasaan sesak yaitu menganalisis mengenai individu, kelompok kecil dan kejadian-kejadian interpersonal.
6. Menurut Rapoport :
Kesesakan adalah suatu evaluasi subjektif dimana besarnya ruang dirasa tidak mencukupi. Batasan kesesakan melibatkan persepsi seseorang terhadap keadaan ruang yang dikaitkan dengan kehadiran sejumlah manusia. Dimana ruang yang tersedia dirasa terbatas atau jumlah manusianya yang dirasa terlalu banyak.

A. Teori-Teori kesesakan
1. Teoari Beban Stimulus
Kesesakan akan terjadi bila stimulus yang diterima individu terlalu banyak (melebihi kapasitas kognitifnya) sehingga timbul kegagalan dalam memproses stimulus atau info dari lingkungan.
Menurut Keating, Stimulus adalah hadirnya banyak orang dan aspek-aspek interaksinya, kondisi lingkunga fisik yang menyebabkan kepadatan social. Informasi yang berlebihan dapat terjadi karena :
a. Kondisi lingkungan fisik yang tidak menyenangkan
b. Jarak antar individu (dalam arti fisik) yang terlalu dekat
c. Suatu percakapan yang tidak dikehendaki
d. Terlalu banyak mitra interaksi
e. Interaksi yang terjadi dirasa terlalu dalam atau terlalu lama
2. Teori Ekologi
Membahas kesesakan dari sudut proses social
a. Menurut Micklin :
Sifat-sifat umum model pada ekologi manusia :
1. Teori ekologi perilaku : Fokus pada hubungan timbale balik antara manusia dan lingkungan.
2. Unit analisisnya : Kelompok social, bukan individu dan organisasi social memegang peranan penting
3. Menekankan pada distribusi dan penggunaan sumber-sumber material dan sosial
b. Menurut Wicker :
Teori Manning : Kesesakan tidak dapat dipisahkan dari factor setting dimana hal itu terjadi.
3. Teori Kendala Perilaku
Kesesakan terjadi karena adanya kepadatan sedemikian rupa sehingga individu merasa terhambat untuk melakukan sesuatu.Kesesakan akan terjadi bila system regulasi privasi seseorang tidak berjalan secara efektif lebih banyak kontak social yang tidak diinginkan. Kesesakan timbul karena ada usaha-usaha yang terlalu banyak, yang butuh energy fisik maupun psikis, guna mengatur tingkat interaksi yang diinginkan.

B. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesesakan
1. Faktor Personal
a. Kontrol Pribadi dan Locus Of Control; Selligman, dkk :
Kepadatan meningkat bias menghasilkan kesesakan bila individu sudah tidak punya control terhadap lingkungan sekitarnya. Control pribadi dapat mengurangi kesesakan. Locus Of Control ibternal : Kecendrungan individu untuk mempercayai (atau tidak mempercayai) bahwa keadaab yang ada di dalam dirinya lah yang berpengaruh kedalam kehidupannya.
b. Budaya, pengalaman dan proses adaptasi
Menurut Sundstrom : Pengalaman pribadi dalam kondisi padat mempengaruhi tingkat toleransi.
Menurut Yusuf : Kepadatan meningkat menyebabkan timbulnya kreatifitas sebagai intervensi atau upaya menekankan perasaan sesak.
c. Jenis kelamin dan usia
Pria lebih reaktif terhadap kondisi sesak
Perkembangan, gejala reaktif terhadap kesesakan timbul pada individu usia muda.
2. Faktor Sosial
a. Kehadiran dan perilaku orang lain
b. Formasi koalisi
c. Kualitas hubungan
d. Informasi yang tersedia
3. Faktor Fisik
- Goves dan Hughes : Kesesakan didalamnya rumah berhubungan dengan factor-faktor fisik, jenis rumah, urutan lantai, ukuran, suasan sekitar.
- Altman dan Bell, dkk : Suara gaduh,panas, polusi, sifat lingkungan, tipe suasana, karakteristik setting mempengaruhi kesesakan.

C. Pengaruh Kesesakan terhadap Perilaku
Lingkungan sesak => aktifitas seseorang terganggu => interaksi interpersonal yang tidak diinginkan => mengganggu individu mencapai tujuan => gangguan norma meningkat ketidaknyamanan => penarikan diri dan menurunnya kualitas hidup.
Pengaruh Negatif Kesesakan ;
Penurunan-penurunan Psikologis : perasaan kurang nyaman, stress, cemas, suasana hati yang kurang baik, prestasi menurun, agresifitas meningkat, dan lain-lain.
Malfungsi Fisiologis : Meningkatnya tekanan darah dan detak jantung, penyakit-penyakit fisik.
Hubungan Sosial Individu : Kenakalan remaja, menurunnya sikap gotong royong, menarik diri, berkurangnya intensitas hubungan social, dll.

Asumsi Konsekuensi Negatif dari Kesesakan :
1. Model beban stimulus
2. Model kendala perilaku
3. Model ekologi
Perilaku negative akibat sesak dan padat hanya terjadi pada situasi dimana pilihan-pilihan yang tersedia sedikit.
4. Model atribusi
Akibat negative kepadatan dan kesesakan hanya terjadi pada tempat dan situasi teryentu.
5. Model aurosal
Kepadatan dan kesesakan menyebabkan terstimulinya perangkat-perangkat fisiologis tekanan darah meningkat.

Sumber ;

http://mariachrisnatalia.blogspot.com/2010/04/kepadatan-kesesakan-personal-space_25.html

Senin, 12 April 2010

Teritorialitas

TERITORIALITAS
Holahan (dalam Iskandar, 1990), mengungkapkan bahwa teritorialitas adalah suatu tingkah laku yang diasosiasikan pemilikan atau tempat yang ditempatinya atau area yang sering melibatkan cirri pemiliknya dan pertahanan dari serangan orang lain. Degan demikian menurut Altman (1975) penghuni tempat tersebut dapat mengontrol daerahnya atau unitnya dengan benar, atau merupakan suatu territorial primer.
Menurut Lang (1987), terdapat empat karakter dari territorialitas, yaitu :
1. Kepemilikan atau hak dari suatu tempat
2. Personalisasi atau penandaan dari suatu area tertentu
3. Hak untuk mempertahankan diri dari ganggunan luar
4. Pengatur dari beberapa fungsi, mulai dari bertemunya kebutuhan dasra psikologis sampai kepada kepuasan kognitif dan kebutuhan-kebutuhan estetika
Menurut Altman (1975), territorial bukan hanya alat untuk menciptakan privasi saja, melainkan berfungsi pula sebagai alat untuk menjaga keseimbangan hubungan social. Altman juga membagi territorialitas menjadi tiga, yaitu :
1. Territorial Primer
Jenis tritori ini dimiliki serta dipergunakan secara khusus bagi pemiliknya. Pelanggaran terhadap teritori uatam ini akan mengakibatkantimbulnya perlawanan dari pemiliknya karena menyangkut masalah serius terhadap aspek psikologis pemiliknya, yaitu dalam hal harga diri dan identitasnya.
2. Territorial Sekunder
Jenis teritori ini lebih longgar pemakaiannya dan pengontrolan oleh perorangan. Territorial ini juga dapat digunakan oleh orang lain yang masih di dalam kelompok ataupun orang yang mempunyai kepentingan kepada kelompok itu. Sifat teritori sekunder adalah semi-publik.
3. Territorial Umum
Territorial umum dapat digunakan oleh setiap orang dengan mengikuti aturan-aturan yang lazim di dalam masyarakat dimana territorial umum itu berada. Territorial umum dapat dipergunakan secara sementara dalam jangka waktu lama maupun singkat.
Apa perbedaan ruang personal dengan teritorialitas? Seperti pendapat Sommer dan de War (1963), bahwa ruang personal dibawa kemanapun seseorang pergi, sedangkan teritori memiliki implikasi tertentu yang secara geografis merupakan daerah yang tidak berubah-ubah
Sumber :
http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/peng_psikologi_lingkungan/bab5-ruang_personal_dan_teritorialias.pdf

Privasi

Privasi merupakan tingkatan interaksi atau keterbukaan yang dikehendaki seseorang pada suatu kondisi atau situasi tertentu. Tingkatan privasi yang diinginkan itu menyangkut keterbukaan atau ketertutupan, yaitu adanya keinginan untuk berinteraksi dengan orang lain, atau justru ingin menghindar atau berusaha supaya sukar dicapai oleh orang lain (Dibyo Hartono, 1986).
Altman (1975) menjabarkan beberapa fungsi privasi,
Pertama, privasi adalah pengatur dan pengontrol interaksi interpersonal yang berarti sejauh mana hubungan dengan orang lain diinginkan, kapan waktunya menyendiri dan kapan waktunya bersama-sama dengan orang lain.privasi dibagi menjadi dua macam, yaitu :
1. Privasi rendah, yang terjadi bila hubungan dengan orang lain dikehendaki
2. Privasi tinggi, yang terjadi bila ingin menyendiri dan hubungan dengan orang lain dikurangi
Kedua, privasi adalah merencanakan dan membuat strategi untuk berhubungan dengan orang lain, yang meliputi keintiman atau jarak dalam berhubungan dengan orang lain.
Ketiga, privasi adalah untuk memperjelas identitas diri
Dalam hubungannya dengan orang lain, manusia memiliki referensi tingkat privasi rendah dan privasi tinggi. Untuk mencapai hal itu, ia akan mengontroldanmengatur melalui suatu mekanisme perilaku, yang digambarkan oleh Altman sebagai berikut :
1. Prilaku Verbal
Perilaku ini dilakukan dengan cara mengatakan kepada orang lain secara verbal, sejauh mana orang lain boleh berhubungan dengannya. Misalnya “maaf, saya tidak punya waktu”.
2. Perilaku non Verbal
Perilaku ini dilakukan dengan cara menunjukan ekspresi wajah atau gerakan tubuh tertentu sebagai tanda sengan atau tidak sengan. Misalnya seseorang akan menjauh dan membentuk jarak dengan orang lain, emmbuang muka ataupun terus-menerus melihat waktu yang menendakan bahwa dia tidak ingin berinteraksi dengan oaring lain. Sebaliknya dengan mendekati dan menghadapkan muka, tertawa, menganggukan kepala memberikan indikasi bahwa dirinya siap untuk berkomunikasi dengan orang lain.
3. Perilaku Kultural
Budaya mempunyai bermacam-macam adat istiadat, aturan atau norma, yang menggambarkan keterbukaan atau ketertutupan kepada orng lain dan hal ini sudah diketahui oleh banyak orang pada budaya tertentu (Altman, 1975; Altman & Chemers dalam Dibyo Hartono, 1986)
4. Ruang Personal
Menurut Sommer (dalm Altman, 1975) ruang personal adalah daerah disekeliling seseorang denagn batas-batas yang tidak jelas diman seseorang tidak boleh memasukinya. Goffman (dalam Altman, 1975) menggambarkan ruang personal sebagai jarak/daerah disekitar individu dimana jika dimasuki orang lain, menyebabkan ia merasa batasnya dilanggar, merasa tidak senang, dan kadang-kadang menarik diri.
5. Teritorialitas
Pembentukan kawasan territorial adalah mekanisme perilaku lain untuk mencapai privasi tertentu. Kalau mekanisme ruang personal tidak memperlihatkan dengan jelas kawasan yang menjadi pembatas antar dirinya dengan orang lain maka pada teritorialitas batas-batas tersebut nyata dengan tempat yang relative tetap.
Sumber :
http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/peng_psikologi_lingkungan/bab6-privasi.pdf

Minggu, 28 Maret 2010

PERILAKU MANUSIA DI RUANG TERBUKA

PERILAKU ARSITEKTUR

PERILAKU

Perilaku manusia adalah suatu aktivitas manusia itu sendiri (Soekidjo,N,1993 : 55)
Secara operasional, perilaku dapat diartikan suatu respons organisme atau seseorang terhadap rangsangan dari luar subjek tersebut. (Soekidjo,N,1993 : 58)


Perilaku diartikan sebagai suatu aksi-reaksi organisme terhadap lingkungannya. Perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi, yakni yang disebut rangsangan. Berarti rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu. (Notoatmojo,S, 1997 : 60)


Perilaku adalah tindakan atau perilaku suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat di pelajari. (Robert Kwik, 1974, sebagaimana dikutip oleh Notoatmojo,S 1997)
Perilaku manusia pada hakikatnya adalah proses interaksi individu dengan lingkungannya sebagai manifestasi hayati bahwa dia adalah makhluk hidup. (Sri Kusmiyati dan Desminiarti, 1990 : 1)


Perilaku manusia adalah aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan respons serta dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. (Sunaryo, 2004 : 3)

Perilaku masyarakat (seperti yang tertulis sebelumnya) terbentuk dari lingkungan dimana ia hidup. Seperti yang dikatakan oleh ahli psikologi lingkungan Calhoun dan Joan Ross (1995) berpendapat bahwa ada empat macam cara lingkungan dalam mempengaruhi perilaku,

pertama : lingkungan menghalangi perilaku, akibatnya juga membatasi apa yang kita lakukan, contonya sebuah dinding kamar yang mempengaruhi gerak-gerik manusia dalam suatu ruangan.

Kedua : lingkungan mengundang atau mendatangkan perilaku, menentukan bagaimana kita harus bertindak, contohnya yang terjadi di taman, biasanya kita tertawa dan bergembira.

Ketiga : lingkungan membentuk diri, contonya, dalam proses belajar yang dilakukan di ruang terbuka, akan membuat pembelajar berpikir lebih kreatif dan kritis

Keempat : lingkungan mempengaruhi citra diri. Contonya : mengenai lingkungan rumah yang asri dan hijau, dipastikan bahwa penghuni rumah tersebut adalah orang yang cinta lingkungan dan kebersihan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku manusia menurut motif Sosiogenesis

1. Motif ingin tahu.

2. Motif kompetensi.

3. Motif cinta

4) Motif harga diri dan kebutuhan untuk mencari indentitas.

5) Kebutuhan akan nilai, kedambaan dan makna kehidupan.

6)Kebutuhan akan pemenuhan diri.

RUANG TERBUKA

Menurut Eko Budihardjo (1998) ruang terbuka adalah bagian dari ruang yang memeiliki definisi sebagai wadah yang menampung aktivitas manusia dalam suatu lingkungan yang tidak mempunyai penutup dalam bentuk fisik.

Ruang terbuka memiliki beberapa fungsi sebagai berikut :

1. Fungsi umum :

· Tempat bermain dan berolah raga, tempat bersantai, tempat komunikasi sosial, tempat

peralihan, tempat menunggu

· Sebagai ruang terbuka, ruang ini berfungsi untuk mendapatkan udara segar dari alam.

· Sebagai sarana penghubung antara suatu tempat dengan tempat lain.

· Sebagai pembatas atau jarak di antara massa bangunan.

2. Fungsi ekologis :

· Penyegaran udara, menyerap air hujan, pengendalian banjir, memelihara ekosistem

tertentu.

· Pelembut arsitektur bangunan.

“Purba (2002) mengatakan bahwa lingkungan sosial sebagai tempat berlangsungnya bermacam-macam interaksi sosial antara anggota atau kelompok masyarakat beserta pranata dengan symbol dan nilai serta norma yang sudah mapam, serta terkait dengan lingkungan alam (ekosistemnya) dan lingkungan binaan/buatan (tata ruang)”

Contoh:

Di Amerika, sebuah proyek bernama “Project for Public Spaces” dilaksanakan pada tahun 1975. Proyek ini melakukan sejumlah studi perilaku manusia di ruang-ruang terbuka kota. Salah satu obyek studi adalah perilaku pengunjung di Chase Manhattan Plaza di New York. Plaza ini memiliki 2 sub area berbeda. Satu area bernama The Pine-Liberty Area, berada diwilayah sibuk dimana pedestriannya dipenuhi orang lalu-lalang dan satu area bernama The Nassau-Liberty Area, yang agak jauh dari keramaian. Dimanakah pengunjung banyak berada dan memilih mencari tempat duduk? Jawabannya adalah di The Pine-Liberty area. Simpulan studi ini mengatakan bahwa manusia, di ruang terbuka, cenderung mencari tempat duduk ditempat dimana mereka bisa mengamati aktivitas orang lain. Perilaku ini menjelaskan bagaimana seseorang menggunakan tatanan lingkungan fisik. Orang-orang tertarik menempati tempat-tempat duduk yang menghadap ke jalan yang memiliki aktivitas tinggi.

Di lapangan Karebosi (sebelum direvitalisasi), tempat yang paling ramai digunakan untuk mengamati orang lain adalah di aula baruga Karebosi dan tempat duduk yang berfungsi sebagai dinding penahan akar di bawah pohon beringin.

Losari, tempat ini berada di sepanjang tanggul penahan pantai. Kau amatilah sekelompok orang yang tergabung dalam komunitas-komunitas bermotor atau bersepeda yang nongkrong di pinggir jalan di sepanjang pantai atau di depan Fort Rotterdam. Kecenderungan kelompok-kelompok ini adalah mengambil tempat di area-area yang mudah dilihat orang yang lewat dan atau mudah melihat orang lain yang lalu-lalang.

Sumber:

http://masanung.staff.uns.ac.id/2009/04/28/ruang-publik/

http://henryaja.wordpress.com/2009/06/26/diskursus-lingkungan-dan-pembentukan-perilaku-manusia/

http://qym7882.blogspot.com/2009/04/pengertian-perilaku.html

http://akch.wordpress.com/2007/09/17/faktor-faktor-personal-yang-mempengaruhi-perilaku-manusia-2/

http://jurnaltoddoppuli.wordpress.com/2009/04/30/menyusun-evaluasi-purna-huni-laguna-losari/